Selasa, 23 Agustus 2011

Harmoni Dan Musik

Musik bagi kebanyakan manusia diperadaban moderen ini tidak ubahnya seperti makan, minum dan bernafas. Bunyi-bunyi yang mengalir hadir di telinga kita, sudah dapat dipastikan memberikan reaksi positif atau negative. Yang positif dinamakan musik.

Mengapa Musik memberikan respon positif ?

Karena musik memiliki harmoni yang selaras dengan perasaan – perasaan manusia saat itu. Melodi musik melantunkan gerak-gerak nada yang indah. Naik dan turunnya begitu teratur. Kadang melodi meninggi, dan perasaan seseorang terbawa terbang ke atas. Dan kadang melodi jatuh ke bawah, merebahkan semua perasaan. Di penghujung lagu, memberi kesan yang melegakan. Kesimpulannya, bahwa musik memang berada satu harmoni dengan perjalanan emosi manusia. Jadi apa Anda ketika bernyanyi atau bermain musik adalah menyanyikan kehidupan.
Perlu kita sadari semua pergerakan alam sekitar kita berubah waktu ke waktu. Begitu pula musik, berubah karena alam yang turut membentuk dari pola-pola musik yang berkembang. Mengambil ungkpan filosof kuno, ”Musik merupakan bentuk-bentuk peniruan dari alam” (Aristoles). Memang pada kenyataannya musik selalu berkembang disana.

Musik Barat vs Timur.

Musik Barat akan berbeda dengan musik Timur. Latar belakang budaya sangat bertolak belakang. Di Barat, hampir semua kehidupan dilandasi ilmiah. Secara struktural, musik Barat lebih memiliki fondasi yang lebih mapan. Idiom-idiom musik tampak sudah terpola dengan rapi. Ini berkembang sejak jaman Yunani kuno sampai jaman Klasik, dan berkembang ke masa moderen.
Sebaliknya, kehidupan masyarakat Timur lebih percaya kepada kekuatan emosi dan mistis. Keilmiahan datang belakangan. Ini bisa ditunjukkan ketika kita melihat bagaimana musik-musik tradisi tumbuh dan berkembang. Ketika hadir segala piranti moderen, tetap saja perilaku para penggarap musik masih mengutamakan emosional.

Sedikit ingin berbagi cerita , saya memiliki murid yang superluar biasa tajam dalam memainkan musik. Murid tersebut memiliki spesialisasi instrumen piano. Jari jemari di atas tuts piano memang sangat luar biasa. Sentuhan ekspresinya juga boleh dikata matang. Karya Mozart, Chopin, Debussy yang mempunyai tingkat kerumitan tinggi dilalapnya habis. Pantas saja kalau ia berhasil meraih juara di Kompetisi Piano Nasional (2009) untuk tingkat remaja. Orang pasti berpikir, ia pasti berlatih dan memainkannya mengunakan repertoar (partitur) . Ternyata tidak... ia hanya menangkap musik piano itu dengan merekam dalam pikirannya. Lalu dicerna dan diterjemahkan melalui sepuluh jarinya. Sempurna..!!
Mungkin di Indonesia ini banyak orang atau musisi yang menggunakan cara memainkan musik seperti itu.

Ada seorang ibu yang bertanya pada saya, anak saya sudah saya les kan piano sejak TK. Tapi hingga sekarang koq rasanya tidak pernah ada kemajuan? Rasanya masih seperti itu-itu juga. Saya katakan, ’bu.. main musik itu tidak cukup dengan terpenuhinya sarana. Tapi perasaan si anak harus bisa menyatu dengan musik. Selama ibu paksakan les piano klasik dengan mainstream nya, bisa saja anak ibu bosan. Dan persaannya sama sekali jauh dari musik itu. Dst...’
Mungkin melalui gambaran ini ada sedikit terbuka, inilah karakter Indonesia. Jangan pernah kita menimbang-nimbang mana musik yang lebih unggul. Masing-masing baik Barat atau Timur memang memiliki harmoni di tempatnya berkembang

Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar: