Senin, 03 Oktober 2011

Membiasakan Prilaku Terpuji (Menghargai Karya Orang Lain)

Menghargai hasil karya orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan kerukunan hidup antar manusia agar terwujud kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia. Menumbuhkan sikap menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang terpuji karena hasil karya tersebut merupakan pencerminan pribadi penciptanya sebagai manusia yang ingin diharagai.

Hadits yang nabi Muhammad yang artinya :“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bekerjan dan menekuni kerjanya.” (HR Baihaqi)

Menghormati dan menghargai karya orang lain harus dilakukan tanpa memandang derajat, status, warna kulit, atau pekerjaan orang tersebut karena hasil karya merupakan pencerminan pribadi seseorang. Berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatau sampai menghasilkan sesuatu yang menimbulkan kegunaan atau manfaat dan berarti bagi semua orang. Karya tersebut dapat berupa benda, jasa atau hal yang lainnya

Islam sangat menganjurkan umatnya agar saling menghargai satu sama lain. Sikap menghargai terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa yang santun atau al hilmu yang dapat menumbuhkan sikap menghargai orang di luar dirinya. Kemampuan tersebut harus dilatih terlebih dahulu untuk mendidik jiwa manusia sehingga mampu bersikap penyantun. Seperti contoh, ketika bersama-sama menghadapi persoalan tertentu, seseorang harus berusaha saling memberi dan menerima saran, pendapat atau nasehat dari orang lain yang pada awalnya pasti akan terasa sulit. Sikap dan perilaku ini akan terwujud bila pribadi seseorang telah mapu menekan ego pribadinya melalui pembiasaan dan pengasahan rasa empati melaui pendidikan akhlak.

Kita tidak dapat mengingkari bahwa keberhasilan seseorang tidak dicapai dengan mudah dan santai tapi dengan perjuangan yang gigih, ulet, rajin dan tekun serta dengan resiko yang menyertainya. Oleh karena itu, kita patut memberikan penghargaan atas jerih payah tersebut. Isyarat mengenai keharusan seseorang bersungguh-sungguh dalam berkarya dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut.

Artinya : “…Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh kerjaan yang lain.” (QS Al Insyirah : 5-7) lihat al-Qur’an online di Goole,

Cara yang bisa diwujudkan untuk menghargai hasil karya orang lain adalah dengan tiak mencela hasil karya orang tersebut meskipun hasil karya itu menurut kita jelek. Memberikan penghargaan terhadap hasil karya orang lain sama dengan menghargai penciptanya sebagai manusia yang ingin dan harus dihargai. Bisa menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang luhur dan mulia yang menggambarkan keadilan seseorang karena mampu menghargai hasil karya yang merupakan saksi hidup dan bagian dari diri orang lain tanpa melihat, kedudukan , derajat, martabat, status, warna kulit dan pekerjaan orang tersebut.

Perintah untuk berbuat baik kepada orang lain dapat diwujudkan dengan menghargai dan mensyukuri karyanya, baik dirasakan secara langsung atau tidak. Karena pada hakekatnya mensyukuri manusia dalam waktu yang sama adalah mensyukuri Allah Swt., sebab karya yang ada pada manusia adalah titipan Allah Swt. dengan kata lain, kebaikan yang ada pada manusia bersumber dari kebaikan Ilahi, berarti bila kita tidak bersyukur kepada manusia, sama artinya tidak bersyukur kepada Allah Swt. Rasul Saw. bersabda: “Man lam yasykurinnas lam yasy kurillah” (Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti tidak berterima kasih kepada Allah). Dan itu sedikit orang yang melakukan. Maha Benar Allah Swt. yang telah berfirman sedikit sekali hambaku yang bersyukur”. (QS. 34 : 13).

Hal demikian bisa terjadi karena beberapa faktor:
Pertama : Memandang bahwa kebaikan itu bersumber dari pelaku itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan iri hati, dengki dan ingin menggusur nikmat yang ada pada orang lain atau paling tidak nikmat itu pindah kepadanya. Dan ini adalah tingkatan dengki yang terkecil, sedangkan tingkatan dengki yang paling besar adalah hilangnya jasa, kebaikan yang ada pada orang lain walaupun sama-sama tidak mendapat.
Kedua : Selalu melihat ke atas. Dalam urusan duniawi kita tidak dianjurkan untuk selalu melihat ke atas, tapi sebaliknya kita dianjurkan melihat ke belakang dan melihat ke bawah. Dalam konteks pemekaran Kabupaten Batu Bara para pemekar telah banyak berjasa dalam membantu masyarakat untuk keluar dari berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, khususnya masalah perekonomian rakyat. Sehingga berbondong-bondong para pengusaha memberikan bantuan dengan tujuan agar mereka dikenal rakyat, pada akhirnya rakyat akan memilih mereka.

Walaupun tanpa disadari bahwa rakyat telah digiring untuk selalu melihat ke atas dalam hal keduniaan. Kondisi tersebut harus diwaspadai, sebab akan membuat rakyat sellau bangga dengan materi yang telah didapat dari orang tua, tanpa melihat seberapa besar kontribusi orang yang membantunya dalam peningkatan amal ibadah. Jika pertolongan dengan materi itu dibiarkan merajalela, maka akan memasyarakatlah opini “Balas Budi”. Bukan “Balas Ikhlas”. Balas budi adalah suatu kondisi di mana pemberian keinginan itu harus dibalas dengan keinginan orang yang memberi. Sifat ini telah dijelaskan oleh Allah Swt. dalam Al Qur’an surat al-Baqarah ayat 264 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadi dia bersih (tidak bertanah) mereka tidak menguasai sesuatu pun demi apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar: