Minggu, 29 Agustus 2010

Air & Kehidupan

Mari kita bicara tentang air. Air adalah sumber kehidupan, di mana ada air di situlah ada kehidupan. Bumi merupakan salah satu planet yang kompisisinya air dengan daratan lebih banyak diisi oleh air. Air memang melimpah tetapi melimpahnya air jika tidak digunakan dengan cara yang bijaksana justru akan mengakibatkan bencana. Air memang menghidupi manusia tetapi sampai saat ini kita selalu terlambat menghidupi air.

air terjun

Lihatlah air terjun ini, begitu sejuk dan teduh bukan ? begitu sangat alami sekali. Wah itu air dari gunung masih murni belum tercemar ? Lantas apa bedanya ? jika eksploitasi manusia selama ini mengobok-obok air yang jauh dari gunung kelak kemudian di lereng gunung pun akan disikat, karena sudah menjadi sifat manusia, tamak dan rakus ! hanya segelintir orang saja yang peduli akan air. Bahkan mereka berjuang demi air justru malah menjadi bahan tertawaan. Masyarakat atau paguyuban yang cinta air masih bisa dihitung dengan jari. Mereka tidak membutuhkan pengakuan dari pihak manapun, karena mereka yang lakukan cuma satu : Peduli air ! tak perduli anda peduli pada mereka apa tidak … jika anda mendengar dan peduli dan bergerak seperti mereka maka anda sudah menjadi bagian dari mereka. Lihatlah air yang sungguh memilukan ini :

sampah sungai

Betapa memilukan bukan ? seandainya anda tinggal di disitu apakah hati anda akan tergerak ? Kita memakai air seenak perutnya bahwa air pasti akan tetap ada, di mana-mana di negeri ini banyak daerah kekeringan, ketika musim hujan air bukannya meresap ke dalam tanah sehingga malah menyebabkan banjir, salah manusia atau airnya ? Seringkali saya terbersit dalam benak saya tentang negeri ini : Kalo musim hujan kebanjiran kalo musim panas kekeringan. Jika musim hujan selalu saja banjir bandang menerjang berbagai daerah, sehingga pernah sahabat saya seorang pecinta air di lereng Merapi mengusulkan agar lagu Indonesia Raya diganti saja teksnya dari “Indonesia tanah airku” menjadi “Indonesia tanah banjirku” . Saya sampai berpikir, sampai begitukah air di negeri ini, sehingga kita tidak bertindak lebih jauh, yang justru di mulai dari rumah kita sendiri, air yang kita gunakan bukan dengan cara bijaksana, tetapi dengan cara dieksploitasi. Sayangnya di dunia ini soal pengurusan air sangat tidak bijaksana, pembuangan limbah pabrik secara sembarangan jelas akan merusak ekosistem yang ada yang tak pelak jelas mencemari air. Air yang ramah dan yang menghidupi manusia malah menjadi sumber bencana, pembuangan limbah kimia terutama dari industri bukan hanya merupakan salah satu sebabnya, banyak pencemaran lain yang tidak melulu dilakukan oleh industri, kalangan rumah tangga tak sedikit menyumbang andil pencemaran air, seperti membuang sampah sembarangan, air bekas cucian yang mengandung deterjen dibuang begitu saja ke sungai. Itu masih saja ditambah dengan membuang sampah ke sungai

Lihatlah sungai-sungai yang membelah Jakarta, seperti sungai yang gambarnya seperti di atas. Mengerikan bukan ? betapa memilukan melihat kondisi airnya, jangankan manusia muak melihatnya, ikan pun akan sebal dan jengah melihat kondisi air yang sudah tercemar dengan berbagai macam bahan kimia dan sampah, tak layak dikonsumsi, jangankan dikonsumsi oleh manusia oleh seekor ikan pun sungguh tak pantas, hanya lalat dan kecoa yang senang berefuoria di sana. Siapa peduli lalat dan kecoa ?

limbahrt

Inilah salah satu sebab musabab mengapa sungai ini tidak alami dan natural, tak lain karena limbah rumah tangga benar merusak sungai dan airnya, saya yakin anda pun jengah. Akahkah kita diam saja ? apakah kita menunggu sebuah gerakan untuk membersihkan sampah dari sungai sehingga air terjaga ? Mustahilkan ? Mission Impossiblekah ? Air yang melimpah sekarang menjadi barang mahal, air menjadi barang komoditi yang harganya tak murah lagi. Bahkan seember air pun harganya paling murah Rp. 500. Jika sehari kita membutuhkan air lima ember bisa anda bayangkan berapa pengeluaran air untuk satu bulan, terutama di daerah yang kondisi airnya memprihatinkan lebih mahal lagi.

Gerobak air

Inilah salah satu gerobak penjual air yang modalnya cuma gerobak sama dirigen. Bisa anda bayangkan jika 8 dirijen tadi dijual dengan harga per dirigen Rp. 1000 cuma dapat Rp. 8000, penjual kudu bolak balik mengambil air yang tempatnya jauh juga. Air juga menjadi barang industri, bukan dalam tataran pencemaran tetapi lebih menjual air tersebut, apa yang kita kenal dengan air mineral.

air mineral

Inilah contoh air yang sudah menjadi skala industri, saya sengaja tidak mengambil gambar air mineral berbotol merek lokal karena dikira promosi air mineral.

Bagaimana dengan kita ? pertanyaan ini kembali mengiang di telinga saya, saya hanya berusaha menggunakan air seperlunya saja. Walau sekalipun kita membuang air, air akan meresap ke dalam tanah, tetapi dalam jangka waktu lama, ini berbanding terbalik dengan kita mengambil air, kita memakai satu ember tetapi mengembalikan air ke dalam tanah belum tentu sesuai kita ambil, karena meresapnya air itu butuh proses dan waktu.

Kita bisa belajar dari negeri lain soal tata pengelolaan sungai, adalah sebuah mimpi jika kita mempunyai gambaran seperti di negeri seberang, ini contoh kota Portland yang ada sungai besar dan juga Chicago.

portland

Portland

chicago

Chicago

Mimpikah ? sebenernya tidak, asal kita memulai dari diri kita sendiri. Kalo diri kita membuang sampah di sungai dan mencemarinya ya tetap saja mimpi.

Akhir kata ! Marilah kita bijak menggunakan air demi anak cucu kita. Di bumi ini jika kita tidak menghargai air, air pun tidak akan menghargai kita, ada harmoni antara air dengan manusia, dan manusialah yang selalu merusak harmoni ini.

Terima Kasih

Tidak ada komentar: