Rabu, 18 Agustus 2010

YNGWIE J MALMSTEEN - BERANI DENGAN HIDUPNYA, BERANI DENGAN MUSIKNYA

Yngwie Johann Malmsteen Gitaris yang mempunyai nama lengkap Lars Johan Yngwie Lannerback ini lahir pada tanggal 30 Juni 1963 di Stockholm, Swedia. Yngwie pernah menjadi personil di group band STELLER, juga ALCATRAZZ, dimana ia memberikan pengaruh besar pada warna music kedua band itu. Niccolo Paganini, Jimi Hendrix, Ritchie Blackmore, J.S.Bach, Antonio Vivaldi, W.A.Mozart, adalah nama-nama yang banyak memberi pengaruh terhadap musikalitas Yngwie......

Yngwie J Malmsteen merupakan pelopor yang melahirkan seluruh gitaris shredder. Setelah Eddie Van Halen (Van Halen) pertama kali membawakan "Eruption" pada tahun 1978 dengan memperkenalkan teknik "Two Handed Tapping", Yngwie meluncurkan album klasik Baroque Shred. Debut "Rising Force" menggegerkan komunitas gitar rock dunia. Yngwie juga menciptakan standar baru untuk kecepatan & keahlian dalam bermain. Warna "Neo-Classical" yang dibawakan Yngwie adalah berdasarkan struktur komposisi dari J.S Bach (1685-1750) dan Niccolo Paganini (1782-1840)

Kemudian barulah bermunculan para gitaris shredder yang menghasilkan sekian banyak album sukses. Lebih gilanya lagi, hampir setiap minggu muncul gitaris baru yang mengklaim diri sebagai gitaris baru yang paling cepat di dunia!! Sebagai contoh: Paul Gilbert, Marty Friedman, Jason Becker, Richie Kotzen, Vinnie Moore, Tony Macalpine, Greg Howe, dan masih banyak lagi. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa Yngwie-lah yang merupakan pahlawan gitar yang paling mbois lllop .

Yngwie J Malmsteen mempunyai latar belakang keluarga yang kurang harmonis, ketika pernikahan ayah Yngwie (seorang kapten tentara) dan ibunya (Rigmor - seniman) berakhir dengan penceraian tidak lama setelah Yngwie lahir. Yngwie juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Ann Louise dan kakak lelaki Bjorn. Maka Yngwie terlahir sebagai anak bungsu - yang liar, tidak bisa diatur dan ceria, ledom e seperti anak gaul sekaranglah….( angel kandan-kandanane )

Pada awalnya Yngwie mencoba untuk mempelajari piano dan trumpet tetapi ia tidak pernah dapat menguasai sepenuhnya meski sempat dipanggilkan guru private piano. Acoustic guitar yang dibeli oleh ibunya sebagai hadiah ulang tahun pada waktu dia berusia 5 tahun juga tidak disentuh Yngwie dan dibiarkan bergelantung di dinding. Sampai akhirnya pada tanggal 18 September 1970, Yngwie melihat sebuah acara spesial mengenang meninggalnya Jimi Hendrix. Di situ, Yngwie yang masih 7 tahun menyaksikan bagaimana Jimi Hendrix menghasilkan bunyi feedback guitar dan membakar gitarnya di depan penonton. Pada peringatan hari wafatnya Jimi Hendrix itulah, lahir permainan gitar Yngwie. Yngwie yang penasaran kemudian membeli sebuah Fender Stratocaster murah, mencoba memainkan lagunya Deep Purple dan menghabiskan banyak waktu untuk mengetahui rahasia dari alat instrumen dan musiknya sendiri. Kekaguman Yngwie terhadap Ritchie Blackmore yang dipengaruhi oleh musik klasik, plus kekaguman terhadap kakak perempuannya yang sering memainkan komposisi Bach, Vivaldi, Beethoven, dan Mozart, memberikan ide kepada Yngwie untuk menggabungkan musik klasik tersebut dengan musik rock. Yngwie terus bermain seharian penuh sampai-sampai saat tidur pun dia masih tetap mendekap gitarnya. Yngwie telah membuat sebuah keputusan besar yang akan mengubah wajah musik dunia.
Pada usia 10 tahun, Yngwie membuat sebuah keputusan besar lain. Ia menggunakan nama kecil dari ibunya "Malmsteen", mengfokuskan seluruh energi dan berhenti bersekolah. Di sekolah Yngwie dikenal sebagai pembuat onar dan sering berantem, tetapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris dan seni. Ibunya yang menyadari bakat musiknya yang unik, mengizinkan Yngwie tinggal di rumah dengan rekaman dan gitarnya. Setelah menyaksikan violinis Gideon Kremer membawakan komposisi Paganini: 24 Caprices di televisi, Yngwie akhirnya mengetahui bagaimana cara mengawinkan musik klasik dengan skill permainan dan karismanya.
Yngwie dan beberapa temannya merekam 3 lagu demo untuk dikirim ke studio rekaman CBS Swedia, tetapi rekaman tersebut tidak pernah digubris atau diedarkan. Ini membuat dia jadi frustasi, tetapi kemudian Yngwie menyadari bahwa dia harus meninggalkan Swedia dan mulai mengirimkan demo rekamannya ke berbagai studio rekaman di luar negeri. Salah satu dari demo rekaman Yngwie ternyata jatuh ke tangan kontributor majalah Guitar Player sekaligus pemilik Shrapnel Records, ialah Mike Varney. Akhirnya Yngwie mendapat undangan ke Los Angeles untuk bergabung dengan band terbaru Shrapnel yakni "Steeler" dan seterusnya yang disebut sebagai sejarahnya. Pada bulan Februari 1983 Yngwie berangkat dari Swedia ke Los Angeles dengan bekal keahlian dan gaya permainan barunya. Sebuah keputusan besar lain lagi dengan berani diambil.
Selanjutnya Yngwie dikenal dunia dengan permainannya yang sangat cepat di intro lagu "Hot On Your Heels". Yngwie kemudian pindah ke group band Alcatrazz, sebuah band yang bergaya "Rainbow" dan didirikan oleh penyanyi Graham Bonnett. Walaupun telah bergabung dengan Alcatrazz yang menampilkan sekian banyak solo hebat di lagu "Kree Nakoorie", "Jet to Jet," dan "Hiroshima Mon Amour", Yngwie masih merasa terlalu dibatasi oleh band itu sendiri. Akhirnya terpikir bahwa hanya album solo lah yang menjadi solusi terbaik.
Album solo pertama Yngwie: Rising Force ( yang sekarang dinobatkan sebagai kitab musik rock Neo-Classical ) berhasil memasuki nomor 60 di tangga Billboard charts untuk musik instrumental gitar tanpa berbau komersil. Album ini juga memenangkan nominasi Grammy untuk Instrumental Rock Terbaik. Tidak lama kemudian Yngwie terpilih sebagai Gitaris Pendatang Baru Terbaik di berbagai majalah dan media, Gitaris Terbaik Tahun Itu, dan Rising Force menjadi Album Terbaik untuk tahun itu juga.

Pada 22 Juni 1987 mendekati ultah Yngwie yang ke-24, Yngwie mengalami kecelakaan dengan mobil Jaguarnya yang mengakibatkan dia koma hampir seminggu. Penyumbatan darah pada otak Yngwie juga menyebabkan tangan kanannya tidak berfungsi. Karena takut akan karirnya yang akan berakhir itu, Yngwie dengan susah payah mengikuti terapi untuk memulihkan kembali tangan kanannya. Setelah itu Yngwie mendapat cobaan lagi dari kematian ibunya di Swedia akibat penyakit kanker yang menghabiskan banyak biaya medical. Karena Yngwie sejak kecil sudah terbiasa dengan sifat tidak gampang menyerah ,maka Yngwie berketetapan kembali ke musiknya dengan kemauan dan semangat tinggi. Sungguh sebuah keputusan yang luar biasa !!
Kemudian Yngwie meluncurkan album yang laris manis seperti Odyssey, Eclipse, Fire & Ice, Seventh Sign, I Can't Wait, Magnum Opus, Inspiration, Facing the Animal, Alchemy, War To End All Wars dan akhirnya Yngwie berhasil mewujudkan cita-citanya untuk bermain bersama sebuah Orkestra penuh di salah satu album terbarunya: Concerto Suite for Electric Guitar and Orchestra in Eb minor, Op. 1 (tahun 1998). Setelah merilis album Eclipse (1990), Yngwie sempat tour dan membuat konser yang sukses di Indonesia (Jakarta, Solo, & Surabaya). Rencananya pada bulan July 2001 Yngwie juga akan konser kembali di Indonesia, namun dibatalkan karena pemerintah USA & istrinya menasehati Yngwie akan keamanan politik di Indonesia. Padahal tiket Yngwie sudah laku keras di Indonesia, penggemar Yngwie di Indonesia boleh kecewa.
Album-album berikutnya adalah Attack!! yang memuat nomor hits instrumental Baroque & Roll. Pada tahun 2003, Yngwie diajak bergabung dalam formasi G3 bersama Joe Satriani dan Steve Vai yang menghasilkan 1 album dan 1 video. Setelah selesai tur bersama G3, ia menyelesaikan album yang bertitle Unleash The Fury. Album tersebut dirilis di awal tahun 2005. Dan disusul pada 14 Oktober 2008 ia menelurkan album terbarunya yakni Perpetual Flame yang dipublikasikan melalui Rising Force Records....**

Tidak ada komentar: